Beranda | Artikel
Imam Shalat Jamaah Tidak Baca Bismillah, Batal?
Selasa, 30 Juli 2019

Hukum Imam Mengeraskan atau Melirihkan Basmalah Ketika Shalat Jamaah

Pertanyaan:

Ustadz, kenapa ketika sholat berjamaah saat membaca surah tidak pakai Bismillah?

Jawaban:

Bismillah, Alhamdulillah wassholatu wassalamu ‘ala Rasuulillah, amma ba’du;

Saudara penanya – semoga Allah selalu merahmati kita semua- Membaca Basmalah disyariatkan ketika membaca surah dari awal, baik surah Al-fatihah ataupun surah yang lain kecuali surah At-Taubah. Akan tetapi ketika sholat berjamaah dan kita menjadi makmum, terkadang kita tidak mendengar imam membaca Basmalah di awal surah. Hal ini bukan berarti ketika sholat berjamaah tidaklah membaca Basmalah, hanya saja imam membacanya secara Sirr (dengan suara yang dipelankan).

Membaca Basmalah secara Sirr (suara yang dipelankan) yang kami sebutkan diatas adalah madzhab Imam Ahmad sedangkan menurut madzhab Syafi’I membaca Basmalah adalah secara Jahr (suara yang dikeraskan).

Ibnu Qudamah menyebutkan :

ولا تختلف الرواية عن أحمد أن الجهر بها غير مسنون. قال الترمذي: وعليه العمل عند أكثر أهل العلم، من أصحاب النبي – صلى الله عليه وسلم – ومن بعدهم من التابعين، منهم أبو بكر وعمر وعثمان وعلي. ذكره ابن المنذر، عن ابن مسعود، وابن الزبير، وعمار. وبه يقول الحكم وحماد، والأوزاعي، والثوري، وابن المبارك، وأصحاب الرأي.

“Dan tidak ada perbedaan riwayat dari Imam Ahmad bahwa mengeraskannya (basmalah) tidaklah disunnahkan. Berkata At-Tirmidzi; “Dan diatas pendapat tersebutlah yang menjadi amalan mayoritas ahli ilmu dari kalangan para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kalangan setelahnya dari para Tabi’in, diantaranya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.” Dan hal itu disebutkan oleh Ibnul Mundzir dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Zubair serta Ammar. Dan ini yang dikatakan oleh Al-Hakam, Al-Auza’I, Ats-Tsauri dan Ibnul Mubarak serta Ashabur-ra’yi.”

Kemudian beliau melanjutkan:

ويروى عن عطاء، وطاوس، ومجاهد، وسعيد بن جبير، الجهر بها وهو مذهب الشافعي.

“Dan mengeraskannya (bacaan Basmalah) diriwayatkan dari Atha’, Thawus, Mujahid, Sa’id bin Jubair, dan inilah madzhab Imam Syafi’i.” (al-Mughni : 1/345)

Yang menjadi sebab terjadinya khilaf (perbedaan pendapat) dalam hal ini adalah adanya beberapa Hadits yang dzahirnya bertentangan satu dengan yang lain.

Diantara hadits-hadits tersebut adalah sebagai berikut:

Adapun dalil yang mendukung menjahrkan bacaan basmalah diantaranya hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang disebutkan didalam kitab Al-Umm;

(قال الشافعي) : وبلغني أن ابن عباس – رضي الله عنهما – كان يقول «إن رسول الله – صلى الله عليه وسلم – كان يفتتح القراءة ب بسم الله الرحمن الرحيم».

(Berkata Imam Syafi’i): “Dan telah sampai kepadaku bahwa Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma dahulu beliau berkata; Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu membuka bacaannya dengan Bismillahirrahmanirrahim.” (Al-Umm :1/129)

Dan juga sebuah hadits yang dinukilkan Ibnu hajar didalam Bulughul Maram, dari Nu’aim Al-Mujmir Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata;

صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَبِي هُرَيْرَةَ –رضي الله عنه –، فَقَرَأَ: (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) ثُمَّ قَرَأَ بِأُمِّ الْقُرْآنِ, حَتَّى إِذَا بَلَغَ: (وَلَا الضَّالِّينَ) , قَالَ: «آمِينَ» وَيَقُولُ كُلَّمَا سَجَدَ, وَإِذَا قَامَ مِنَ الْجُلُوسِ: اللَّهُ أَكْبَرُ. ثُمَّ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم. رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَابْنُ خُزَيْمَةَ.

Aku shalat dibelakang Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, lalu beliau membaca: “Bismillahirrahmanirrahim”, kemudian membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) hingga beliau sampai pada: “Wa laddhoolliin”, beliau memgucapkan; “Aamiin”, Dan setiap kali beliau sujud dan bangun dari duduk beliau mengucapkan; “Allahu akbar”. Kemudian ketika selesai salam beliau berkata; “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya sesungguhnya aku adalah orang yang sholatnya paling mirip dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diantara kalian. (HR. An-Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah). (Bulughul Maram: 293)

Dan dalil yang menunjukkan bahwa Basmalah dibaca secara Sirr diantaranya hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, dan juga Imam Ahmad, An-Nasa’i dan Ibnu Khuzaimah yang disebutkan oleh Ibnu Hajar didalam kitabnya Bulughul Maram, dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu:

«أَنَّ النَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلَاةِ بِـ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) » مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ. زَادَ مُسْلِمٌ: لَا يَذْكُرُونَ: (بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) فِي أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلَا فِي آخِرِهَا. وَفِي رِوَايَةٍ لِأَحْمَدَ, وَالنَّسَائِيِّ وَابْنِ خُزَيْمَةَ: لَا يَجْهَرُونَ بِبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. وَفِي أُخْرَى لِابْنِ خُزَيْمَةَ: كَانُوا يُسِرُّونَ.

“Bahwasanya dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan Umar mereka mengawali bacaan shalatnya dengan “Alhamdulillahi Robbil ‘alamin”. (Muttafaqun ‘alaih). Muslim menambahkan : “ Mereka tidak membaca “Bismillahirrahmanirrahim” pada awal bacaan dan tidak pula di akhirnya.” Dan dalam riwayat Imam Ahmad, An-Nasa’i serta Ibnu Khuzaimah: “Mereka tidaklah mengeraskan bacaan “Bismillahirrahmanirrahim”. Dan dalam riwayat Ibnu khuzaimah yang lainnya: “Dahulu mereka membacanya secara Sirr.” (Bulughul Maram: 292)

Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha;

« كان رسول الله صلى الله عليه وسلم «يستفتح الصلاة بالتكبير والقراءة بالحمد لله رب العالمين» . متفق عليه.

“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuka sholatnya dengan takbir dan bacaanya dengan “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin.” (Muslim: 498)

Dan pendapat ini juga dikuatkan oleh Hadits Qudsiy yang diriwayatkan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

” قال الله تعالى: قسمت الصلاة بيني وبين عبدي نصفين، ولعبدي ما سأل، فإذا قال العبد: {الحمد لله رب العالمين} ، قال الله تعالى: حمدني عبدي، وإذا قال: {الرحمن الرحيم}، قال الله تعالى: أثنى علي عبدي، وإذا قال: {مالك يوم الدين}، قال: مجدني عبدي ، فإذا قال: {إياك نعبد وإياك نستعين} قال: هذا بيني وبين عبدي، ولعبدي ما سأل، فإذا قال: {اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين} قال: هذا لعبدي ولعبدي ما سأل. ”

“Allah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat(Al-Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan antara hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta, maka ketika hamba-Ku mengucapkan: Alhamdulillahi rabil ‘alamin (segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam), Allah berfirman: Hamba-Ku memuji-Ku. Dan ketika ia mengucapkan: Arrahmanirrahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang), Allah berfirman; Hamba-Ku menyanjung-Ku. Dan ketika ia mengucapkan: Maliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan), Allah berfirman: Hamba-Ku mengagungkan-Ku. Lalu ketika ia mengucapkan: Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan), Allah berfirman: ini antara-Ku dan antara hamba-ku dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Lalu ketika ia mengucapkan: Ihdinasshirathal mustaqiim shirathalladziina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhuubi ‘alaihim wa laddhoolliin (tunjukkanlah kepadaku jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalannya orang yang dimurkai dan bukan jalannya orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta.” (HR. Muslim: 395)

Ibnu Qudamah juga menyebutkan hadits-hadits diatas didalam kitabnya Al-Mughni, kemudian beliau berkomentar:

وهذا يدل على أنه لم يذكر ” بسم الله الرحمن الرحيم “، ولم يجهر بها. وحديث أبي هريرة الذي احتجوا به ليس فيه أنه جهر بها، ولا يمتنع أن يسمع منه حال الإسرار، كما سمع الاستفتاح والاستعاذة من النبي – صلى الله عليه وسلم – مع إسراره بهما، وقد روى أبو قتادة، «أن النبي – صلى الله عليه وسلم – كان يسمعهم الآية أحيانا في صلاة الظهر» . متفق عليه

“Dan ini menunjukkan bahwa Beliau –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– tidak menyebutkan bacaan “Bismillahirrahmaanirrahiim” dan beliau tidak membacanya secara Jahr. Adapun hadits Abu Hurairah yang mereka berdalil dengannya, tidaklah menunjukkan bahwa Beliau –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– membacanya secara Jahr, dan hal itu tidaklah menutup kemungkinan bahwa (Abu Hurairah) mendengar dari Beliau –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– ketika membacanya secara Sirr, sebagaimana mendengar doa istiftah dan isti’adzah dari Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– sedangkan keduanya dibaca secara Sirr. Dan sungguh Abu qotadah telah meriwayatkan; “Bahwa dahulu Nabi –Shallallahu ‘alaihi wa sallam– ketika shalat dhuhur terkadang memperdengarkan bacaan ayat kepada mereka.” (Muttafaqun ‘alaih)

Beliau juga menerangkan:

وسائر أخبار الجهر ضعيفة؛ فإن رواتها هم رواة الإخفاء، وإسناد الإخفاء صحيح ثابت بغير خلاف فيه، فدل على ضعف رواية الجهر، وقد بلغنا أن الدارقطني قال: لم يصح في الجهر حديث.

“Dan seluruh hadits yang mengkabarkan tentang jahr adalah hadits Dhaif (lemah); karena perawinya adalah perawi hadits membaca secara pelan, dan sanad (jalur riwayat hadits) membaca secara pelan adalah sanad yang shahih tanpa ada perselisihan didalamnya, maka hal itu menunjukkan lemahnya perawi bacaan Jahr. Dan sungguh telah sampai kepadaku bahwa Ad-Daruquthni berkata: “tidaklah terdapat satupun hadits shahih didalam mengeraskan (bacaan basmalah).” (Al-Mughni: 1/346)

Berkata Syaikh Utsaimin:

القول الراجح أن البسملة ليست من الفاتحة فلا يجهر بها في الجهرية

“pendapat yang rajih adalah bahwa Basmalah bukanlah termasuk dari Al-fatihah dan ketika sholat jahriyah tidaklah dibaca secara Jahr.”( http://iswy.co/e3mbf )

Dan inilah pendapat Syaikh Al-Albani, beliau berkata:

ثم يقرأ: (بسم الله الرحمن الرحيم) ولا يجهر بها.

“Kemudian membaca (Bismillahirrahmanirrahim) dan tidak mengeraskannya.” (Shifatu shalatin nabi : 84)

Begitu juga syaikh Abdul Aziz Bin baz:

والسنة الإسرار بها وعدم الجهر بها؛ اقتداءً بالنبي عليه الصلاة والسلام، لكن إذا فعلها بعض الأحيان، ليعلم الناس أنها تقرأ، يعلم من حوله أنها تقرأ فلا بأس بذلك جهراً خفيفاً،

“Dan sunnahnya dibaca secara Sirr dan tidak mengeraskannya, hal ini dalam rangka mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi jika sewaktu-waktu mengeraskannya untuk memberitahu orang lain dan orang yang berada disekitarnya bahwa dia membacanya, maka tidaklah mengapa untuk mengeraskannya sedikit saja.” ( https://binbaz.org.sa/fatwas/10818/ حكم–الجهر–بالبسملة–في–الصلاة)

Pendapat ini juga difatwakan oleh Al-Lajnah Ad-Da’imah (komisi fatwa kerajaan Saudi Arabia):

دلّت السنة الثابتة أنه صلى الله عليه وسلم يقرأ البسملة في الصلاة قبل الفاتحة وقبل غيرها من السور ، ما عدا سورة التوبة، لكنه كان لا يجهر بها في الصلاة الجهرية صلى الله عليه وسلم.

“Sunnah yang shahih menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Basmalah didalam shalatnya sebelum Al-Fatihah dan surat lainnya kecuali surat At-Taubah, akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengeraskannya pada sholat Jahriyah (yang bacaannya dikeraskan).” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah : 6/378)

Inilah sekilas yang dapat kami nukilkan dalam pembahasan ini, dan sebenarnya pembahasan dalam bab ini amat sangat luas, sehingga Ibnul Qoyyim berkata;

وهذا موضع يستدعى مجلدا ضخما

“dan ini adalah tema yang memerlukan berjilid-jilid pembahasan yang amat besar.”

Demikian, semoga yang telah kami sebutkan diatas dapat menjawab apa yang telah ditanyakan.

WaAllahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Idwan Cahyana, Lc


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/35296-imam-shalat-jamaah-tidak-baca-bismillah-batal.html